Selasa, 26 Mei 2009

Reuni Sebagai Alat Silaturrahim

Kalau mendengar kata reuni atau mendapat undangan reuni, maka itu bersiaplah untuk kembali mengingat-ingat masa lalu, terutama teman-teman kita. Tidak lucu rasanya nanti ada yang menegur tapi kita malah bengong sambil membatin.. hem .. siapa ya? Soalnya pernah kejadian pada suatu acara reuni, ada seorang teman yang bertanya “Eh.. B itu yang mana sih?” Padahal orang yang ditanya ada di depannya.. he he he nggak lucu kan?
Beberapa waktu yang lalu ada undangan reuni, beberapa teman kuliah di Yogya mengajak reuni alias ketemuan sambil makan-makan. Rasa-rasanya memang sejak ada Facebook, undangan ketemuan dengan teman-teman lama makin sering datang. Tapi memang tidak ada salahnya, kita niatkan saja untuk silaturrahim, itu kan dianjurkan juga oleh agama. Ini hadist mengenai silaturrahim ''Barangsiapa yang ingin dimudahkan rezeki dan dipanjangkan usianya hendaklah ia senantiasa menjaga silaturahim.'' (HR Muslim, dari Anas bin Malik RA).
Bertemu dengan teman-teman lama memang mengasyikkan. Cerita yang keluar pasti tidak jauh dari karir, jodoh dan anak. Memang berbeda-beda nasib dari teman-teman. Ada yang sudah sukses jadi pengusaha, direktur sebuah perusahaan asing, pejabat, namun ada juga yang rezekinya berasal dari jualan pulsa. Kita lihat sebuah bukti nyata bagaimana Allah SWT membagi rezeki dan banyaknya jalan untuk mendapatkan rezeki tersebut. Terkait dengan silaturrahim, dari berbagai banyak profesi tersebut bukan tidak mungkin usaha salah satu teman membutuhkan usaha dari teman yang lain. Maka bisa ditebak apa yang akan terjadi. Sebuah transaksi bisnis yang saling menguntungkan bukan?.

Senin, 25 Mei 2009

Jaminan Rezeki dari Allah SWT

Ahad sore itu, aku baru sadar kalau ban belakang sepeda motor di rumah kempes. Hampir dapat kupastikan kalau kempesnya ban karena bocor, karena kemarin juga kempes dan sudah kuisikan angin di bengkel belakang kompleks. Jadi kalau sekarang kempes lagi, jelas tak mungkin kalau hanya kurang angin. Mau tak mau sore itu juga aku harus menuntun motor ke bengkel tambal ban terdekat, yang tak lain adalah bengkel kecil di belakang kompleks.
Bengkel itu kecil, lokasinya bukan di pinggir jalan raya tapi di pinggir sebuah jalan kampung yang tembus ke kompleks perumahan kami dan mungkin tidak layak disebut bengkel . Karena kalau kulihat sebenarnya adalah sebuah warung kecil yang menjual rokok, permen, minuman, ada juga dijual bensin, oli dan ban dalam motor. Warung itu dapat dibilang orang sebagai bengkel mungkin karena ada beberapa perkakas perbengkelan dan sebuah kompresor angin disampingnya. Waktu aku datang warung tersebut lagi sepi dan sedang dijaga seorang anak muda berusia sekitar 20an tahun. Begitu melihatku datang, anak muda itu menyuruhku menaruh motor disamping warung.
“Bocor bang?” tanyanya. Aku menggangguk mengiyakan. Segera dengan cekatan dia bekerja. Sambil menunggu dan memperhatikan anak muda itu menambal ban sampai selesai, aku lihat satu demi satu pembeli datang ke warung tersebut. Pertama, seorang anak muda datang. Dia langsung mengambil rokok, satu gelas minuman kemasan dan menaruh uang sendiri ke kotak uang di warung tersebut. Anak muda itu terus duduk disampingku sambil menghabiskan minumnya. Setelah itu datang seorang satpam kompleks yang membeli bensin sebanyak dua liter. Nampaknya uang yang dibayarkan satpam tersebut kurang seribu rupiah, karena setahuku warung tersebut menjual bensin eceran seharga Rp5500/liter sementara kulihat satpam tadi hanya menyorongkan satu lembar Rp10 ribuan. Namun nampaknya pemilik warung tidak terlalu perduli. Ketiga, datang seorang pemuda dengan motornya minta tolong agar rantai motornya dikencengin. Karena ban motorku sedang dipress, maka pemuda pemilik bengkel tersebut masih bisa mengerjakan permintaan pemuda yang rantai motornya minta dikencengin. Tak lama kemudian datang seorang bapak-bapak membeli satu plastik sedotan. Setelah selesai melayani bapak-bapak tersebut, anak muda pemilik bengkel tadi kembali ke motorku memasang kembali ban motorku yang sudah selesai di pres.
Begitu selesai dipasang kembali, aku langsung pulang. Sesampainya di rumah aku mencoba merenungi kejadian di warung kecil tadi. Jadi kuhitung selama kurang lebih 20 menitan aku menunggu disitu, paling tidak ada 5 pelanggan yang dilayani termasuk diriku. Dan dalam waktu 20 menit, Allah SWT telah memberikan rezeki yang Dia janjikan bagi makhluknya yang berusaha dengan mengirimkan 5 pembeli ke anak muda tersebut meskipun warung atau bengkel anak muda tersebut letaknya jauh dari jalan raya. Perisitiwa di bengkel tersebut adalah sebuah contoh nyata akan jaminan rezeki dari Allah SWT kepada setiap makhluknya yang mau berusaha. Ban motorku kempes, atau motor pak satpam bensinnya habis atau rantai yang kendor adalah bukan suatu yang kebetulan. Itu hanyalah cara Allah menjawab ikhtiar makhluknya atau memberikan bukti jaminanNya atas rezeki setiap manusia, sebagaimana Allah telah menjamin rezeki bagi seekor anak hewan yang baru lahir dan membiarkannya hidup. Demikian juga halnya binatang melata ketika lahir, mampu melangsungkan hidupnya karena jaminan Allah atas rezekinya masing masing. Sebagaimana Allah berfirman (QS Hud:6) "Tiada seekor binatang melata pun di muka bumi ini, melainkan telah dijamin oleh Allah rezekinya".
Begitu banyak cara Allah SWT memberikan rezeki, bahkan terkadang datang dari arah yang tidak pernah kita duga. Kewajiban kita sebagai manusia adalah berikhtiar, bekerja dengan sebaik-baiknya dan mencari rezeki dengan cara halal. Do the best, and let Allah do the rest, begitu kata seorang teman. Hari itu akan mendapat pelajaran berharga yang insya Allah akan menambah keyakinanku akan jaminan Allah SWT atas rezeki bagi semua makhluknya.