Sabtu, 28 Februari 2009

Lesson from Sopir Omprengan

Pak Sopir omprengan sambil tersenyum menawarkan kursi depan yang masih kosong. Duduk di kursi depan berarti kita akan sharing 1 tempat duduk yang tersedia dengan orang lain. Pak Sopir ramah tersenyum sambil berkata menyemangatiku “Pak kalau sudah naik omprengan sempitpun nanti jadi luas kok”. Biasanya aku lebih senang duduk di kursi tengah, bertiga dengan penumpang lainnya. Lebih longgar dan nyaman walau lebih mahal sedikit ongkosnya. Tapi ya sudahlah, yang penting aku sudah duduk dalam mobil Panther milik pak sopir tersebut dan enggak kena gerimis.
Sore itu memang cuaca lagi gerimis, daripada basah dan juga karena pengin segera sampai rumah, langsung kuiyakan tawarannya. Sudah menjelang jam 7 malam, rasanya hanya ingin segera sampai rumah dan berharap anak-anak masih belum tidur. Canda dan tawa mereka adalah obat penghilang lelah paling mujarab. Lebih ampuh lagi ditambah senyum istri tercinta.. hem...

Di atas dashboard aku lihat sebuah sajadah terlipat rapi dan sebuah tasbih, milik pak Sopir tentunya, menunjukan dia seorang muslim. Wajahnya terus tersenyum, tidak ada nampak kesan kelelahan dan seperti tidak ada beban dalam hidupnya. Ketika sudah mau berangkat, sambil basa basi kutanya dia “ngompreng sambil sekalian pulang dari kantor ya pak?”. Bapak itu tersenyum,” enggak pak.. ini memang kerjaan saya.” “Sehari bisa narik berapa kali pak” lanjutku. “Tiga kali pak, pagi 1 kali, sore 2 kali” jawabnya ramah sambil tetap tersenyum. BTW, mobil Bapak ini pakai AC, jarang-jarang tuh omprengan pakai AC.Dari basa-basi tersebut akhirnya obrolan kami berlanjut. Dari omong-omong tersebut akhirnya ku tahu kalau dia asli Jombang, merantau ke Jakarta, anaknya 4, yang paling gedhe sudah SMA sementara yang paling bontot baru 5 tahun. Anaknya 4, satu orang yang paling besar sudah SMA
“Istri kerja juga pak” tanyaku ingin tahu. “Tidak pak, istri jaga anak-anak di rumah” jawabnya. Aku cuman membatin, bapak ini ceria terus, sepertinya hidupnya tampak beban. Entah kenapa dia sepertinya tahu apa yang aku pikirkan. “Alhamdulillah pak, walaupun cuman ngompreng saya tidak pernah kekurangan” katanya. “Yang penting kita syukuri yang kita dapat pak, jangan mengeluh, dan jangan berat berbagi” imbuhnya, dan tetap dengan senyumnya. Wah senyum dia saja sudah sedekah. “Saya yakin kok pak dengan janji Allah” seperti pak ustadz saja (siapa tahu dia benar-benar seorang ustadz). Kemudian keluarlah potongan ayat suci Al Qur’an yaitu Surat Ibrahim ayat 7 dari bapak itu “"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu”.
Mataku sedikit nanar mendengarnya .. hem. Langsung kucoba melihat diriku sendiri.. pertemuan dengan pak Sopir seperti di atur Allah SWT. Subhanallah.. pelajaran yang sangat luar biasa dari seorang yang sangat sederhana. Akupun hanya bisa berdo’a dalam hati, ”ya Allah .. jadikan hambamu termasuk orang-orang yang bersyukur”. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar