Jumat, 01 Januari 2010

Makna Adzan

Apa sih sebenarnya makna adzan bagi kita? Kalau mendengar adzan kira-kira apa reaksi kita, apa segera bergegas menuju mesjid terdekat untuk memenuhi panggilan tersebut atau sekedar jadi tahu bahwa sudah masuk waktu sholat dan tetap menjalankan kesibukan kita alias menunda sholat karena kesibukan tersebut. Tidak sedikit dari kita yang tidak begitu perduli dengan panggilan tersebut dengan alasan masih sibuk, nanti juga bisa, dipanggil boss dan lain-lain. Masya Allah, demikian hebatnyakah kesibukan tersebut sehingga panggilanNya yang notabene adalah panggilan sang Maha Pemberi yang memberikan kesibukan itu, yang menyediakan udara secara gratis agar kita bisa tetap hidup menjalankan kesibukan itu, menyehatkan badan kita sehingga kita bisa tetap bekerja dan lain-lain yang memungkinkan kita mengerjakan kesibukan itu, justru menjadi nomer dua atau bahkan nomer ke sekian setelah kesibukan itu?

Tidak jarang dari kita menunda-nunda sholat sampai menjelang waktu sholat berikutnya. Sholat hanyalah sebuah rutinitas tanpa makna, yang dilakukan sekedar menggugurkan kewajiban kita sebagai seorang muslim. Tidak bisakah kita penuhi hakNya untuk kita ibadahi? MendahulukanNya di atas semua urusan di dunia?.

Ada tulisan menarik yang dikutip dari buku : CELAKA ORANG YANG SHOLAT , karya Ahmad Fadlil Nasrullah. S. Ag yang insya Alloh memberi pemahaman mengenai makna dari adzan:

Menurut Said Jibair, bahwa Ibnu Abbas seringkali menangis ketika mendengar adzan. sampai sampai surbannya basah oleh airmata. Ketika ada yang menanyakan mengapa begitu? Ibnu Abbas menjawab, ” Seandainya semua orang tahu makna seruan muadzin itu, pasti tidak akan dapat beristirahat dan tak akan dapat tidur nyenyak.”

Selanjutnya Ibnu abbas menjelaskan makna satu persatu dari kalimat adzan tersebut. Dikatakan bahwa seruan Allahu Akbar mengandung makna seakan akan ada kalimat, “Wahai sekalian manusia yang sedang sibuk mengurusi harta duniawi, berhentilah sejenak. sambutlah seruan ini. Istirahatkanlah badanmu dan segeralah beramal baik demi kepentingan dan keuntungan dirimu sendiri.”

Lalu jika diserukan asyhadu anlaa ilaaha illalaah seakan akan muadzin berkata, “aku mohon persaksian semua masyarakat langit dan bumi, bagiku di sisi Alloh kelak di hari kiamat bahwa : aku telah menyeru kalian!.

Berikutnya kalimat asyhadu anna muhamadan rasulullaah, seakan akan muadzin berkata kepada kita, “aku mohon persaksian dari para Nabi (khususnya) Muhammad saw. kelak di hari kiamat, bahwa aku telah memberitahu kepada kalian setiap hari lima kali.”

Kalimat hayya alaash shalaa, seakan akan muadzin berkata, “sungguh, Allah telah menegakkan sholat bagi kalian, maka tegakkanlah sholat itu.”

Kalimat hayya alal falaah, mengandung makna, “Masuklah kalian dalam rahmat dan peganglah petunjuk petunjuk bagimu!”

Lalu seruan Allahu Akbar, mengandung makna. “segala pekerjaan (urusan duniawi) terlarang bagimu, sebelum kamu melaksanakan sholat.”

Dan kalimat, laa ilaaha illaallaahu mengandung makna, “Inilah amanat tujuh lapisan bumi-langit, sudah berada dipundakmu, maka terserah kalian, akan kau laksanakan atau tidak!.

Namun hal hal seperti itu jarang kita pikirkan. Kita memandang bahwa shalat adalah kegiatan rutinitas yang dilaksanakan lima kali dalam dua puluh empat jam. Tak ada esensi yang menarik hati kita. shalat yang kita kerjakan hanya semata-mata pelengkap identitas bahwa kita adalah orang Islam. Dimana salah satu ciri orang Islam adalah menjalankan sholat lima waktu. Inilah pikiran yang keliru. Kalau kita menganggap sholat sekedar demikian itu, maka akan membahayakan agama kita.

Yuk kita bersama-sama belajar mendahulukanNya diatas semua urusan duniawi. Mendahulukan hakNya untuk diibadahi dan memberi makna atas sholat kita. Insya Alloh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar